watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Ibu juliana mantan guruku

Bu Juliana memang guru kesayangan ku.
Sewaktu aku SMA (kira-kira 8 th yang
lalu), beliau mengajar fisika kelas 3.
Memang waktu itu aku terkenal deket
dengan bu Juliana, karena rumahnya
sejalan dengan rumah ku sehingga
kadang kalau pergi atau pulang sekolah
aku selalu memberikan tumpangan
kepadanya, sampai-sampai teman-
teman menjulukiku "tukang ojek
pribadinya bu Juliana".
Waktu itu bu Juliana masih pengantin
baru, umurnya kira-kira 26an lah...baru
lulus IKIP, yang ku tau suaminya waktu
itu juga mengajar di sebuah Bimbel
terkenal di kotaku. Hubunganku dengan
bu Juliana yaa...biasa aja...seperti guru
dan murid. Kalau aku boleh jujur, bu
juliana itu memang tipeku, kulitnya putih
mulus, rambut ikal, badan semok
(montok...padat...berisi), tidak terlalu
tinggi, dan mukanya mirip-mirip Rizky
pritasari lah (tau dong..casting sabun
mandi itu...). Memang sih bu Juliana
sering memberiku nilai tambahan waktu
ulangan ataupun waktu mengisi LKS, aku
juga gak tau kenapa bu juliana selalu
memberi nilai tambahan, sehingga nilai
fisikaku 9 di rapor. "ahh..mungkin karena
tiap hari selalu di boncengin kali...jadi
ongkosnya diganti nilai", begitu pikirku
setiap mendapat nilai dari bu Juliana.
Selepas bangku SMA, aku melanjutkan
sekolahku di sebuah perguruan tinggi
negeri. Selama hampir 5 th aku tidak
mendapat kabar dari bu Juliana. Hingga 2
tahun kemudian aku bekerja di luar kota
tetap saja aku belum pernah berjumpa
sekalipun dengannya. Sampai suatu hari
teman SMAku mengabari bahwa lusa
akan ada reuni di aula sekolah.
Mendengar kabar itu langsung aku
memesan tiket pesawat untuk kembali ke
kota asalku. Kangen banget
memang...apalagi semenjak keluargaku
pindah ke luar kota ketika aku kuliah,
nyaris selama itu aku belum pernah
mengunjungi kota kelahiranku ini.
Sesampainya dibandara, aku langsung
menuju hotel yang terdekat dengan
sekolahku (biar nanti bisa jalan kaki kalo
ke sekolah).
Hari yang ditunggu akhirnya tiba.
Seneng banget memang bisa ketemu
dengan teman-teman lama ( walaupun
baru pisah 7 tahunan). Ketika sedang
asyik ngobrol tiba-tiba ada yang
menepuk punggungku.
"hayoo...lupa yaa sama ibu..?!??",
tegurnya
wah aku sempat tertegun sesaat, karena
bu Juliana hampir tidak berubah (kecuali
toketnya yang makin gede dan perut
yang sedikit berlemak).
"eehh..ibu..gak dong..saya masih inget
kok sama ibu Juliana, ibu apa kabar??",
jawabku dengan basa-basi
Akhirnya kami pun ngobrol panjang
lebar di sudut aula sekolah, pkoknya gak
peduli temen-temen memanggilku...aku
cuek aja. Kami pun berbicara mulai dari
masa lau, berbagi pengalaman, sampai
ke masalah pribadi. Dari situ aku tahu
ternyata ibu Juliana sudah lama bercerai
karena selama perkimpoian mereka tak
kunjung dikaruniai anak. Setelah ku korek
lebih jauh ternyata ibu Juliana di vonis
mandul oleh dokter, sehingga suaminya
berpaling ke wanita yang lain.
Cukup lama juga mendengarkan
curhatan ibu Juliana, hingga tak terasa
sore sudah menjelang.
"Wah bu, sudah sore nih, orang-orang
juga udah pada bubar...ibu gak
pulang??", tanya ku
"iya ben, oiya..kamu masih tinggal di
komplek XXXX ya..?" tanyanya
"nggak bu, kan udah pindah waktu saya
lulus SMA ke jakarta, sekarang saya
nginep di hotel XXXXXX", jawabku
"wah deket dong, kalo gitu kita
pulangnya jalan aja bareng, ibu ngontrak
gak jauh dari situ kok", ajak bu Juliana.
Mendengar itu aku sih ok aja, kayanya
bu Juliana masih gak puas curhat jadi
kami sambil jalan pulang sambil curhat.
sesampainya di depan hotel kami pun
berpisah, namun sebelum berpisah bu
Juliana menanyakan no
kamarku..alasanny sih mau dibawain
makan malam..dia habis masak banyak
katanya. Aku sih ok-ok aja.
Ketika aku mandi (kira-kira jam 8 malem)
terdengar suara ketukan pintu. " ah..pasti
bu Juliana nih", pikirku. Benar saja, ketika
ku buka pintu kulihat bu Juliana didepan
pintu kamar sambil membawa rantang.
Cantik sekali ibu Juliana pada malam itu.
Dengan menggunakan celana jeans LEA
dan kaos ketat hitam, membuatnya
terlihat seperti anak muda.
"oh..masuk bu...maaf baru abis mandi
nih..belum sisiran"
"ah gak apa2...ibu siapin makan
malamnya yaa...ibu bikin ayam
kremes..",katanya
"wah ngerepotin bu,...taruh di atas meja
makan aja bu" (kebetulan aku di kamar
suite, jadi ada meja makannya)
sambil menikmati makan malam, kami
pun ngobrol macem-macem..sampai
yang nyerempet-nyerempet masalah
selangkangan. huehehehehe.
Sehabis makan aku pun bergegas ke
kamar mandi untuk sikat gigi. Tanpa
sepengetahuanku, ternyata bu Juliana
melihat-lihat isi tas laptopku.
"ben....ini apaan??" teriaknya
ketika ku lihat...waduh..ternyata koleksi
DVD bokepku, "aa..anu..itu punya temen
saya bu....", jawabku dengan muka
merah padam.
"kita nonton yan ini yuk..", sambil
memilih salah satu DVD koleksiku.
"hah??!?!...ibu mau nonton...setel aja
dilaptop saya bu..", jawabku dengan
polos, padahal deg-degan. Lalu ku setel
DVD tersebut (hardcore lagi...) dan kami
pun nonton baren di meja makan.
Melihat adegan-adegan cadas tersebut
kayanya bu Juliana mulai terangsang,
sebentar-sebentar dia memegang
toketnya..sampai tiba-tiba dia
memegang paha ku.
"eehh..bu..kaget saya..", kata ku sambil
cengengesan bercampur perasaan
horny. Semakin lama bu Juliana duduk
semakin mendekat, dan tidak disangka-
sangka pipiku dicium dan anuku di
remes. Melihat keadaan sudah seperti ini,
langsung saja aku sambut cumbuannya
dengan bibirku lalu tangan kanaku
meremas toketnya yang gede dan mulai
memadat. Hampir 5 menit kita saling
bercumbu di meja makan, lalu bu Juliana
perlahan membuka resleting celanaku
sambil meraih anuku yang sudah mulai
mengeras.
"ouuww...udah mulai basah ni ben, mau
dikeluarin di sini (sambil menunjuk
mulut) atau di sini (sambil menunjuk
M*m*knya)" rayunya dengan penuh
nafsu.
"kalo bisa di tempat yang semestinya
dong bu..", jawabku sambil meraba
m*m*knya dari luar celana.
"he..eh.....yuk..", ajaknya sambil
menarikku ke atas tempat tidur.
Helai demi helai pakaian bu Julaian mulai
dilepasnya, sambil bergoyangt erotis
diiringi lagu "i'm slave for you"-Britney
spears yang kuputar di laptopku.
Dengan penuh nafsu liar bu Juliana pun
terus bergoyang, tubuhnyapun berliuk-
liuk walaupun perutnya agak berlemak
sedikit. Ia pun naik diatas pangkuanku
sambil menyodorkan toketnya yang
seperti kates (gede
ngegantung..pentilnya mungil).
Langsung ku jilati toketnya dan kuhisap
pentilnya yang agak menghitam itu. Bu
Juliana pun menggelinjang keenakan dan
mendorong kepalaku ke dadanya
(sampe gelegepan gak bisa nafas). Lalu
dengan liarnya ia menarik celana ku dan
melahap anuku. Mulai dari kepala anuku
sampai kedua bijiku disapunya dengan
penuh nafsu. Ketika anuku mulai dihisap
perlahan terasa senut senut enak.
"bu gantian bu..", pintaku sambil
merubah posisi, kali ini bu Juliana
merubah posisi menjadi 69. Sambil
terus melahap anuku, aku juga menjilati
m*m*knya. wow lebat banget...sudah
mulai basah..dan bibir vaginanya juga
bergelambir. Ku hisap bibir vaginanya
lalu terus ku jilati klitorisnya.
"agh..sstt..aw...enak..ben..terus...yang
dalem...ahhgh..", desahnya
dengan menggunakan kedua jariku
langsung aja ku kobel lubangnya yang
sudah basah dan mulai menganga.
Semakin ku kobok...semakin lama
semakin becek, cairan putih dari
lubangnya mulai menetes membasahi
dadaku .
"oh...ben...masikin..cepet....." desahnya
sambil mengganti posisi WOT, lalu ku
pandu si "jagur" memasuki lubang bu
Juliana yang sudah basah banget.
Untung punyaku lumayan gede jadi
walau becek tapi gesekan masih terasa.
Bu Juliana mulai bergoyang naik turun
sambil memegang pangkal batanganku.
Semakin lama goyanganya semakin
cepat.
"bu..nungging bu..." pinta ku sambil
menyuruhnya untuk doggy style.
Akhirnya kami pun berposisi doggy
sambil ku goyang dari belakang.
"aahh...terus...terus...agh..ennaakk...".
teriaknya, wah gawat nih ribut juga bu
Juliana kalo lagi beginian. Karena sudah
terasa ada yang mau keluar akhirnya aku
rubah posisi menjagi MOT. Bu Juliana
mengenkang sambil merem melek
semetara aku terus konsentrasi
menghadapi lubangnya yang becek.
Tak berapa lama aku merasa ingin
keluar, alu ku bisikan ke telinga bu Juliana
"ah...bu..pengen keluar...." bisik ku,
"udah keluarin di dalem aja....gak bakal
hamil kok", jawabnya. Oiya kan ibu
juliana mandul. Dengan segala usaha
akhirnya
"CROOT...CROOTT..CROT..CROT" keluar
juga deh tai macannya didalam lubang
vaginanya, namun bu Juliana masih
belum dapet, walau udah lemes masih
ku goyang terus sambil ku bantu pakai
tangan di sekitar klitorisnya. Tak lama
kemudian ku rasakan cairan hangat
menyemprot si Jagur sambil kulihat
muka bu Juliana yang mulai tenang
keenakan. lalu ku cabut si jagur yang
mulai loyo. Sambil senyum bu Juliana
mencumbu bibirku. dan kita pun tertidur
bersama sambil berpelukan mesra.
Ruapanya pertempuran belum selesai,
ketika pagi harinya aku bangun terkejut,
kok ada yang anget anget nih di anuku,
setelah ku buka mata ternyata bu Juliana
sedang asik menjilati anuku. Spontan
saja si Jagur bangun dan mengeras,
semakin semangatlah bu Juliana melahap
anuku. Dengan gerakan kepala naik
turun, Blow jobnya nyaris gak kena gigi.
enak banget..sampai akhirnya aku
tembakan lagi tai macan untuk kedua
kalinya. Dengan sigap, bu Juliana
langsung menelan tai macan yang ku
keluarkan bahakan sisa-sisa yang
menetes dijilatinya. Wow
sensasinya..enak banget.
Siang hari, akhirnya kami harus berpisah
karena aku harus segera kembali ke
jakarta. Namun sebelum berpisah bu
Juliana sempat memberikan no HPnya.
Sesampainya di JKT, aku coba hubungi
HPnya ternyata salah nomer, mungkin
karena aku cepet2 nulisnya jadi ada yang
keselip nomernya. yaa sudah...kayanya
lain waktu aku harus datang lagi ke sana
dan kususl ke sekolahan ku lagi.
Kak RISA
Posted: 13 Dec 2007 07:52 PM CST
Panggil saja aku "Vel" umurku sekarang
27 tahun, sekarang aku bekerja pada
sebuah perusahaan di salah satu kota di
negara bagian New Hampshire. Aku
cukup salut dengan website ini. Dan
singkatnya aku tertarik untuk mencoba
menceritakan apa yang aku alami dan
kujalani sampai saat ini. Saat ini aku
tinggal bersama kakak perempuanku,
panggil saja "Kak Risa" Umurnya
sekarang 31 tahun, 4 tahun lebih tua
dariku. Kehidupan kami saat ini begitu
tenang, tertutup namun bahagia.
Aku akan memulai dari awal bagaimana
semuanya terjadi, percaya atau tidak
bahwa apa yang kualami ini tidak
mengalami hambatan atau rintangan
sama sekali, hal yang membuatku
sendiri heran bila memikirkannya.
Awalnya 15 tahun yang lalu saat aku
masih berumur 12 tahun. Kami besar
dari keluarga berada, keseluruhan
saudaraku ada 5 orang. Nomor satu dan
dua laki-laki sedangkan yang ketiga
perempuan. Kak Risa nomor empat dan
aku paling akhir. Sebenarnya aku lahir di
Indonesia. Hanya memang Papaku
adalah pria berkebangsaan Amerika.
Sedangkan Mamaku asli orang
Indonesia.
Waktu aku berumur 12 tahun, kami
masih tinggal di Indonesia. Tapi Papaku
tidak disini karena ia memang tidak
bekerja di Indonesia. Setahuku dulu
Mamaku juga sibuk bekerja, ia tidak
terlalu khawatir karena kedua kakakku
yang lain sudah cukup dewasa dan
dianggap bisa menjaga kami. Aku
maklum karena kedua orang tuaku
memang berencana mengurus
kepindahan kami semua ke Amerika.
Sebenarnya kami semua saling
menyayangi satu sama lain. Jarang sekali
kulihat ada pertengkaran di antara kakak-
kakakku. Tapi sejak kecil aku memang
sudah dekat sekali dengan Kak Risa.
Memang dia yang selalu menemaniku
saat aku bermain. Ya selain itu jarak
umur antara aku dan kakakku yang
nomor tiga sangat jauh sekitar 8 tahun.
Kak Risa memang sangat sayang
padaku, hampir tiap kali aku selalu dapat
bermanja-manja dengannya. Ya, hal
itulah yang membuatku sangat interest
sekali dengan Kak Risa. Bahkan kuingat
seumurku waktu itu aku sudah mulai
ada ketertarikan dengan kakakku.
Pada awalnya aku hanya berandai-andai
saja. Sebab saat itu aku yakin sekali
bahwa tidak mungkin aku menjalin
hubungan yang "lebih" dengan kakakku.
Paling Kak Risa cuma menganggap aku
adiknya saja. Meskipun sebagai adik aku
selalu mendapat perlakuan istimewa
darinya. Dari kecil aku dan Kak Risa
memang tidak pernah berpisah, kamar
kamipun jadi satu. Sebenarnya saat aku
berusia 9 tahun, aku sudah minta kamar
sendiri, tapi Kak Risa tidak setuju,
alasannya sederhana, ia tidak mau pisah
kamar denganku, masa itu sebenarnya
adalah masa di mana aku agak enggan
berbagi, inginnya memodifikasi kamar
sendiri tanpa ada yang mencampuri, tapi
tidak jadi masalah, lagipula aku dulu
penakut, dan aku sudah terbiasa tidur
dalam pelukan kakakku.
Mungkin waktu kecil dulu aku tergolong
bandel. Kalau Mama lagi tidak ada, orang
rumah pasti kubuat repot dengan
ulahku. Kak Risa juga sering kujahili.
Biasanya kalau tidur malam Kak Risa
hanya menggunakan celana dalam aja.
Aku tidak mengerti kenapa. Padahal
kamar menggunakan AC. Seringnya aku
iseng memainkan dan menghisap puting
susunya. Kak Risa mengetahui hal itu tapi
dia tidak pernah marah atau menegurku,
paling cuma bilang, "Kalo mau kaya gini
kenapa nggak minta sama Mama aja
sih?". Lucunya hal itu malah jadi
kebiasaanku. Dan karena tidak ada yang
tahu, kejadian seperti itu berlangsung
terus sampai usiaku beranjak 12 tahun.
Tapi makin besar aku mulai merasa tidak
enak sendiri, meski kebiasaanku itu tidak
jadi masalah buat Kak Risa.
Kak Risa itu orangnya tomboy Sekali.
Saat dia berumur 16 tahun dia ikut
beberapa bela diri. Aku tadinya tidak
tertarik, tapi Kak Risa juga minta aku ikut
beladiri. Bisa dibayangkan seperti apa
jadinya, gaya jalannya jadi aneh, tidak
feminin. Kalau tidak tertutup dengan
wajahnya yang cantik dan bodynya
yang bagus, cowok pasti malas dekat
dengan Kak Risa. Apalagi ditambah sifat
Kak Risa yang tertutup, dan cenderung
idealis. Selain itu kelihatannya Kak Risa
juga tidak terlalu tertarik membina
hubungan dengan lawan jenis. Terutama
setelah ikut beladiri. Tapi biar begitu aku
tahu kalau banyak cowok cakep yang
suka sama dia. Dan Kak Risa hanya datar
saja menanggapinya. Soalnya aku sering
terima telepon untuk Kak Risa. Dan
sering sekali dia tidak mau terima
teleponnya. Bisa dibilang Kak Risa sangat
"Untouchable".
Saat umurku hampir 13 tahun, awal
mulai masuk SMP, aku suka dengan
seorang gadis teman sekelasku. Aku
sangat suka padanya, tapi tidak berhasil
mendekatinya, intinya kalah bersaing.
Saat itu perasaanku benar-benar tidak
enak. Aku berusaha menghibur diri
dengan sering pergi ke rumah sahabat-
sahabatku. Di sanalah aku mulai
mengenal buku-buku dan film khusus
dewasa. Di usiaku yang sekecil itu aku
sudah memiliki majalah luar negeri
khusus dewasa, juga filmnya. Tidak sulit,
karena nyaris seluruh sahabatku bukan
orang Indonesia. Dan mereka sangat
bebas mendapatkan barang seperti itu
pada masa-masa tersebut.
Kak Risa tahu bahwa aku memiliki
barang-barang itu, memang itu
susahnya kalau satu kamar, jujur saja
Kak Risa tidak suka aku memilikinya
hingga aku sempat dimarahi juga
olehnya, dan ia memintaku untuk
membuang barang-barang itu. Apa
boleh buat, bagiku lebih baik benda-
benda itu yang aku singkirkan daripada
aku kehilangan kasih sayang Kak Risa.
Meski Kak Risa sudah punya banyak
kesibukan dengan studi dan kegiatan
sekolahnya, perhatiannya padaku tidak
berubah, malah cenderung semakin
berlebihan, Kak Risa semakin sering
memaksaku untuk menemaninya saat ia
sedang melakukan kegiatannya atau
pergi kemanapun. Ia juga makin sering
mencium dan memelukku dengan
mesra, bahkan di depan umum.
Mulanya aku merasa tidak nyaman
dengan perlakuannya itu, tapi lama
kelamaan aku merasa nyaman juga.
Perasaanku pada Kak Risa muncul
kembali. Kalau dulu ciumannya
kutanggapi biasa saja, sekarang aku lebih
senang membalasnya dengan mesra.
Aku pun mulai suka memberikan
perhatian lebih pada kakakku itu,
mungkin karena merasa perhatiannya
mendapat respon lebih dariku. Kak Risa
jadi makin sayang padaku. Setengahnya
kami jadi mirip orang yang sedang
berpacaran, meskipun secara fisik tetap
kelihatan kalau aku adiknya.
Aku ingat malam itu saat aku pertama
kali melakukannya dengan kakakku,
seperti biasa aku bercanda dengan Kak
Risa di dalam kamar, saat itu semua
orang rumah sudah tidur, kesempatan
itu biasanya sering kugunakan untuk
mencurahkan isi hati pada kakakku,
semua permasalahan yang kudapat hari
itu selalu kutumpahkan padanya, dan
Kak Risa selalu merespon itu semua
dengan sabar dan penuh pengertian, dan
memang kuakui beberapa waktu terakhir
Kak Risa cenderung over. Kata-kata dan
sikapnya sangat mesra padaku apalagi
kalau kami hanya berdua saja seperti itu,
perlakuannya itu sering membuat
jantungku berdebar, aku sadar
sepenuhnya bahwa dia itu kakakku, tapi
aku tidak mengerti kenapa hatiku bisa
bergejolak tidak karuan.
Kalau tidak salah waktu itu Kak Risa
mengenakan kaos dan celana dalam
warna putih, rambutnya dibiarkan
terurai. Beda dengan kesehariannya,
kakakku saat itu terlihat sangat feminin
dan cantik sekali. Aku ingat sesekali Kak
Risa meraih kepalaku dan menciumiku.
Aku tidak berpikir macam-macam,
hanya memang aku sangat menikmati
perlakuan Kak Risa padaku. Sampai suatu
kali Kak Risa mencium bibirku, kubalas
dengan ciuman mesra. Yang sebenarnya
serabutan. Aku mencoba berlama-lama
meski tidak yakin berhasil, tapi karena
aku menikmatinya, berhasil juga.
Kulumat bibir kakakku itu dengan
lembut. Kak Risa kelihatannya juga suka
dengan ciumanku. Sebab dia sama sekali
tidak berusaha menyudahi ciuman itu,
bahkan kedua tangannya semakin
memelukku erat, aku bisa merasakan
belaiannya di kepalaku. Tapi sayangnya
ciuman itu terhenti. Kak Risa menghela
nafas sambil memandangku aneh.
"Kakak kucium lagi ya", mendengar itu
Kak Risa masih diam.
Mungkin dia masih heran dengan
kelakuanku, memang tidak biasanya aku
membalas ciumannya sampai selama
itu. Tapi tatapannya kemudian berubah
mesra lalu dia tersenyum dan justru
ganti menciumku lagi. Kali ini ciumanku
mulai agresif. Bibir kami seolah tidak
berhenti untuk saling melumat, diiringi
desahan-desahan erotis dari Kak Risa,
detak jantungku menjadi semakin cepat.
kucoba mendorong Kak Risa agar
merapat ke dinding. Kemudian kuciumi
jenjang leher kakakku. Tanganku yang
dari tadi pasif sekarang mulai mencoba
melakukan eksplorasi kesana kemari.
Sementara bibirku masih berkonsentrasi
pada leher Kak Risa, tanganku telah
menyusup ke dalam kaos putihnya, dan
tanpa kesulitan aku langsung dapat
menemukan buah dada Kak Risa yang
tidak tertutup oleh bra sama sekali,
menurutku untuk ukuran gadis yang
hampir 17 tahun, buah dada Kak Risa
tergolong cukup besar, tentu saja aku
sudah sering melihatnya, karena sampai
saat itu kami masih sering mandi
bersama. Aku mencoba meremasnya
dengan lembut. Kak Risa tampak
menggeliat dan sesekali mendesah.
Perlahan kunaikan kaos itu supaya tidak
menghalangi buah dada Kak Risa. Dan
begitu buah dadanya terlihat, tanpa basa-
basi langsung kuhisap putingnya yang
berwarna merah muda itu dan kuremas
dengan bibirku. Aku benar-benar
menikmatinya seperti bayi yang sedang
menyusu. Sesaat kutanggalkan kaosku,
juga celana pendekku. Kemudian kupeluk
tubuh Kak Risa dan makin kuat kuhisap
puting susunya, sesekali kumainkan
putingnya dengan lidahku, kemudian
kuhisap lagi. Karena terlalu enjoy, aku
tidak tahu bahwa ternyata Kak Risa telah
menanggalkan kaos putihnya. Sehingga
saat dia memelukku erat, tubuhku benar-
benar bersentuhan dengan tubuh
kakakku, dan bisa kurasakan tubuh
kakakku yang harum dan sangat halus
itu. Lama sekali aku menikmati buah
dada kakakku itu secara bergantian, Kak
Risa pun seolah tidak mau melepaskanku
ia justru menekan kepalaku kuat-kuat
pada buah dadanya.
Tubuh kami sudah basah semua oleh
keringat. Sampai detik itu aku masih ragu
untuk melakukan seks dengan kakakku.
Memang awalnya semua ini kupelajari
dari semua majalah dan film yang
kulihat, tapi lama kelamaan naluriku
mulai berinisiatif. Karena masih ragu aku
coba untuk menciumi bibir kakakku lagi.
Sama seperti sebelumnya, Kak Risa
membalas ciuman itu dengan sangat
mesra. Dengan memberanikan diri aku
membisikan sesuatu ke telinga Kak Risa.
"Kak, boleh aku lepas celana dalammu?".
Kak Risa agak terkejut.
"Kamu mau apa dek..?".
Aduh aku jawab gimana ya.
"Aku mau jilatin vagina kakak".
Karena ragu kata-kata itu keluar dengan
asal dan pelan sekali. Aku takut. Kupikir
pasti kakak akan marah dan ia tidak
bakalan mau.
"Ih, nakal".
Jawab Kak Risa spontan, Kak Risa
kemudian memandangiku sambil
tersenyum, wajahnya agak memerah.
Masih dengan posisi bersandar Kak Risa
melepas celana dalamnya perlahan-
lahan. Slow motion itu membuat
jantungku semakin berdetak tidak
menentu.
Sebenarnya aku setengah heran kenapa
Kak Risa sama sekali tidak marah ketika
aku memintanya melakukan hal itu, tapi
sudahlah. Kemudian Kak Risa
melebarkan pahanya. Awalnya aku malu
untuk melihat. Untuk menutupi hal itu,
kuciumi lagi bibir Kak Risa. Kemudian
perlahan-lahan kuturunkan kepalaku
sampai tepat di depan vagina Kak Risa.
Vagina Kak Risa nyaris tidak ditumbuhi
rambut. Jadi aku mampu memandang
dengan leluasa gundukan vagina Kak
Risa, sebenarnya pemandangan ini juga
tidak asing lagi bagiku, tapi sedekat ini
baru pertama kalinya. Kulihat ada cairan
yang mengalir keluar dari bagian bawah
vagina kakakku disertai bau yang aneh.
Perlahan kubuka belahan daging yang
menutupi lubang vagina Kak Risa. Dan
langsung kusapu dengan lidahku dari
bawah ke atas berkali-kali. Saat itu tubuh
Kak Risa langsung mengejang. Dengan
bibir dan lidahku kupermainkan
klitorisnya. Secara spontanitas kedua
tangannya memegangi kepalaku. Aku
semakin asyik menjilati vagina kakakku
itu, bahkan sesekali kuhisap bagian
bawahnya. Kudengar Kak Risa berulang-
ulang mendesah sambil menyebut
namaku. Permainan itu luar biasa sekali,
meski cairan yang keluar rasanya tidak
karuan, tapi aku benar-benar
menikmatinya.
Saat lidahku menyusup ke dalam lubang
vagina Kak Risa, sebisanya kujilati bagian
dalam lubang itu. Kak Risa makin
terengah-engah. Nafasnya memburu
tidak karuan. Lidahku juga makin liar
mengobrak-abrik bagian sensitif kakakku
itu, sehingga semua tempat di dalamnya
tersapu oleh lidahku. Setelah beberapa
menit Kak Risa agak mengejangkan
tubuhnya. Aku merasakan lidahku dialiri
sesuatu yang hangat. Bersamaan
dengan erangan keras dari Kak Risa serta
pahanya yang menjepit kepalaku dengan
sangat kuat. Kujilati cairan itu sampai
bersih, meskipun rasanya masih sama.
Kemudian aku naik ke atas dan kuciumi
lagi Kak Risa.
"Adek, kamu nakal banget sih?", ekspresi
wajah Kak Risa sangat berbeda.
"Kak, aku sayang sama kakak", Kak Risa
memandangiku dengan sayu, tangannya
mengusap pipiku.
"Kakak juga sayang kamu".
Dengan berani aku mencoba mengajak
Kak Risa untuk melakukan hubungan
seks denganku.
"Kak, boleh aku melakukannya sama
Kakak".
Kak Risa terdiam mematung, kepalanya
tertunduk untuk beberapa saat. Suasana
benar-benar hening, sampai nafas
kamipun terdengar sangat jelas.
Setelah itu dia kembali memandangku
sambil bertanya, "Kamu yakin mau
melakukannya Dek?".
Suara Kak Risa sangat pelan sekali. Aku
tak menjawab, aku hanya melihat
tatapan mata Kak Risa yang sangat
berbeda, aku tak bisa
menggambarkannya, tapi aku tahu Kak
Risa rela melakukannya denganku.
Langsung kulepas celana dalamku.
Kemudian aku agak bergeser ke bawah,
kulebarkan kedua kakinya. Senjataku
tampak tegak berdiri, tapi tidak sebesar
orang dewasa, masih ukuran standart
anak 12 tahun. Kak Risa terus menatap
wajahku saat aku mengarahkan
senjataku tepat di depan vaginanya.
"Kak..?", sekali lagi kuminta
persetujuannya.
Ia mengangguk pelan. Perlahan
kudorong masuk senjataku. Tapi tidak
berhasil, dasar masih amatir hijau.
Sampai yang ketiga kalinya. Kak Risa
kemudian meraih dan menahan
pinggangku sambil mengarahkan
vaginanya tepat di ujung senjataku,
kemudian kucoba mendorong lagi,
meski sulit dan agak sakit tapi berhasil
juga kumasukkan seluruh senjataku ke
dalam vagina Kak Risa, perlahan
kugerakkan pinggangku. Kedua tangan
Kak Risa tampak meremasi selimut tidur
kami. Desahannya mulai terdengar lagi,
kuperhatikan Kak Risa tampak sulit
menyesuaikan diri. Pelan tapi pasti,
kupercepat tempo gerakanku.
Sebenarnya saat itu senjataku terasa
perih sekali. Aku merasa nggak enak
banget. Tapi erangan Kak Risa yang
semakin menjadi membuatku tidak
berpikir lagi.
Makin kuhentakan pinggangku, dengan
gerakan yang teratur, Kak Risa terus
menerus menghentakkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan, sesekali ia meregang
sambil mengerang keras. Aku sempat
takut juga kalau sampai ada orang
rumah yang terbangun, tapi untungnya
kamar kami di atas dan paling ujung,
agak jauh dari kamar Mama dan kakak-
kakakku yang lain. Tiba-tiba kurasakan
pinggang Kak Risa juga ikut bergerak,
seperti memutar, sesekali Kak Risa ikut
menghentakkan pinggangnya. Aku baru
benar-benar merasakan enaknya
melakukan hal itu. Dengan iseng
kuremas juga buah dada Kak Risa, dan
Kak Risa merespon dengan
menggenggam tanganku kuat. Gerakan
pinggang Kak Risa makin cepat. Kak Risa
seperti sudah biasa melakukan hal ini.
Dengan pemikiran itu maka semakin
agresif aku menghentakkan pinggangku.
Tentu saja hal ini membuat Kak Risa
mengerang semakin keras. Dari tubuhku
dan Kak Risa keringat semakin mengucur
deras, padahal AC di ruangan cukup
dingin.
Beberapa menit kemudian pergerakanku
mulai melambat, aku seperti agak
pusing, aku hanya mampu
menghentakkan pinggangku sesekali,
kadang aku hanya diam menikmati
remasan dinding-dinding vagina Kak
Risa. Kurasa badanku mulai lelah. Tiba-
tiba Kak Risa meraih tubuhku dan
mendekapku erat sekali, pinggangnya
menghentak beberapa kali, rasanya luar
biasa. Senjataku seperti ditarik makin
masuk ke dalam, dan dilumuri cairan
yang hangat, diiringi erangan cukup
keras dari Kak Risa. Saat Kak Risa
melepas dekapannya, aku merasa
tubuhku amat lelah sekali, karena tidak
kuat aku berguling di sisi Kak Risa. Pada
saat itu aku juga merasa dari senjataku
ada yang mau keluar. Rasanya enak
sekali, baru kali itu aku merasakan yang
seperti ini hingga akhirnya cairan itu
keluar membasahi tempat tidur. Entah
aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu.
Paginya ketika aku sadar, Kak Risa sudah
memeluk sambil menciumiku. Kami
masih dalam keadaan tanpa pakaian
sehelaipun.
"Kakak nggak ngira kalau Adek yang dulu
sering kakak gendong bisa berbuat ini
sama kakak", bisik Kak Risa di telingaku.
Aku sendiri setengah tidak percaya
sudah melakukannya dengan kakakku
"Kak.., aku sayang banget sama Kakak,
aku cinta sama Kakak".
Kupeluk Kak Risa dengan kuat. Kak Risa
tersenyum dan menciumku lagi.
"Kakak ngerti kok Dek.., kakak juga
sayang dan cinta banget sama kamu,
kakak hanya tidak menyangka kamu
dewasa secepat ini. Dan jujur aja kakak
seneng banget bisa melakukan ini sama
kamu, Adekku sayang".
"Tapi ayo cepet bangun, sprei ini harus
segera dicuci", lanjut Kak Risa lagi.
"Lho, memangnya kenapa?", tanyaku
singkat.
"Kakak nggak mau kalau bekas darah di
sprei itu sampai ketahuan Mama", jawab
Kak Risa.
Aku setengah terkejut, "Darah?, darah
apa Kak?", tanyaku.
Kak Risa tidak menjawab, ia langsung
memintaku berdiri dan cepat-cepat
melepaskan seprei tempat tidur kami.
Awalnya aku memang tidak tahu, tapi
belakangan aku baru mengerti, bahwa
ternyata malam itu aku telah mengambil
keperawanan kakakku sendiri, di usiaku
yang belum lagi genap 13 tahun.
Bodohnya aku, seharusnya aku sudah
tahu mengenai hal itu. Aku jadi merasa
bersalah, berulang kali aku minta maaf
padanya, meskipun Kak Risa mengakui
bahwa ia sangat rela melepas
keperawanannya padaku. Hanya ia tidak
mengira aku akan mengambilnya sepagi
ini. Aku jadi makin sayang padanya.
Sejak kejadian itu aku nggak pernah
mencoba untuk mencari pacar. Karena
Kak Risa sudah menjadi segalanya
bagiku.
Setelah kejadian itu pula Kak Risa juga
menutup diri pada pergaulannya. Secara
otomatis bagi Kak Risa statusku adalah
adik sekaligus kekasihnya, kehidupan
kami jadi semakin tertutup. Entah sejak
saat itu sudah berapa kali kami
melakukannya, dan keluarga kami benar-
benar tidak tahu akan hal itu. Lepas SMU,
aku sudah tidak di Indonesia. Aku
melanjutkan studi ke Amerika. Tapi tetap
aku tak bisa berpisah dengan Kak Risa.
Aku meminta Kak Risa ikut denganku,
walau sebenarnya Papa dan Mama tidak
setuju. Tapi mereka tak bisa apa-apa
karena Kak Risa juga memaksa untuk
menemaniku.
Sampai saat seluruh keluargaku pindah
ke Amerika pun, mereka tidak pernah
tahu bahwa kami telah menjalani
kehidupan yang exklusif seperti suami
istri. Sekarang Kak Risa sudah bekerja
pada sebuah bank di kota yang sama
denganku. Kami tinggal di rumah yang
jauh dari keramaian, dan kami sudah
sepakat untuk menjalani kehidupan yang
"tertutup" ini. Lagipula sampai saat ini
keluarga kami tidak menaruh curiga
sama sekali, mungkin pola pikir mereka
sudah sama seperti orang setempat,
tidak mau ikut campur urusan pribadi
orang


Adult | GO HOME | Exit
1/1555
U-ON

inc Powered by Xtgem.com